Sun,
03/01/2015 - 13:10
Bandung. Kemendikbud --- Mendikbud Anies Baswedan menyinggung
tentang maraknya berita kekerasan oleh dan terhadap anak pada akhir-akhir ini.
“Ada berbagai kemungkinan faktor penyebab kecenderungan kekerasan oleh anak
yang perlu diteliti besar pengaruhnya. Kita perlu melihat secara utuh
faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Ia memberi contoh
tentang kerentanan anak dalam masa perkembangan dalam membedakan yang maya dan
nyata, serta sinetron dan video game bagi dewasa sebagai contoh kemungkinan faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan sebagian anak-anak.
Mendikbud juga
menjelaskan video game yang tepat dapat memberikan dampak positif pada anak,
bahkan dapat dirancang khusus sebagai media pembelajaran yang efektif bagi
perkembangan kognitif, motorik maupun sosial-emosional. Dengan program
pendidikan yang baik, anak juga dapat dilatih dari sekadar pengkonsumsi video
game menjadi mampu mengembangkan dan berkreasi secara digital.
Namun tidak bisa
dipungkiri juga bahwa tidak semua video game memiliki karakteristik yang cocok
untuk dimainkan oleh anak semua umur. Mendikbud kemudian mengingatkan
bahwa atas alasan-alasan inilah media yang dikonsumsi anak, termasuk video
game, memiliki sistem rating yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan
konten untuk dimainkan anak usia tertentu. Di Amerika Serikat misalnya,
terdapat sistem Entertainment Software Rating Board.
Dalam sistem ESRB,
terdapat enam kategori rating, yaitu: Early
Childhood (cocok untuk anak usia dini), Everyone (untuk semua umur),Everyone 10+ (untuk usia 10 tahun ke atas), Teen (untuk usia 13 tahun ke atas), Mature (untuk usia 17 tahun ke atas) dan Adults Only (untuk dewasa), serta satu kategori
antara Rating Pending. Deskripsi konten dalam ESRB pun beraneka, mulai dari Blood and Gore,Intense Violence, Nudity, Sexual Content, sampai Use of Drugs. Di kotak video game biasanya terdapat pengkategorian
seperti ini, semisal "Mature 17+: Blood and Gore, Sexual
Theme, Strong Language”.
Mendikbud menjelaskan
bahwa permasalahan video game di Indonesia adalah peredarannya yang masif dan
begitu mudah diakses oleh anak dan remaja yang memainkannya tanpa memperhatikan
kategori rating. Klasifikasi ini menjadi sangat penting karena prinsipnya
berbagai pihak di sekeliling anak wajib bertanggung jawab terhadap anak yang
termasuk kelompok rentan terhadap berbagai pengaruh teknologi. Sebagian
orangtua pun amat awam terhadap model/rating video game dan tidak menyadari
bahwa tidak semua video game cocok untuk anak semua umur, sehingga terlewat mengawasi
anak-anaknya dalam memilih dan bermain video game.
Ia berharap orangtua
menyadari tentang pengkategorian video game ini, serta membimbing dan terlibat
bersama anak-anaknya memilih video game yang cocok bagi mereka. Tujuannya agar
pada akhirnya anak memiliki media literasi, kemampuan untuk melek media,
memahami alat dan konten yang mereka gunakan dan mampu memilih yang tepat dan
berpengaruh positif.
Penggunaan video game
yang baik mampu menghibur tanpa berisiko memberikan dampak buruk, dimainkan dalam
porsi yang pas dan seimbang dengan berbagai alternatif kegiatan lain. Orang tua
juga perlu mahir dalam memanfaatkan video game sebagai salah satu media
pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan anak. Mendikbud juga mendorong para
pecinta game yang telah memahami sistem rating dalam game untuk membantu
menyebarkannya kepada para orangtua dan guru.
Sumber resmi: http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/3873
0 komentar:
Posting Komentar