Kepanduan
Hizbul Wathan Merupakan organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang
bergerak dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan
gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan
bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. dengan tujuan untuk mewujudkan
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan
|
TIM PUTRI HlZBUL WATHAN
SMP Muhammadiyah 19 Kebalankulon-Sekaran-Lamongan
|
SEJARAH HIZBUL WATHON
Bermula dari perjalanan dakwah yang dilakukan
Kiai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun 1920, berdirinya Hizbut Wathan
merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk membina anak- anak muda dalam
keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kiai
Dahlan melihat anak-anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder
Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik.
Mereka kelihatan tegap dan disiplin. Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan
memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk membahas metodologi baru dalam
pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah, baik di sekolah-sekolahmaupun di
masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah baiknya kalau
Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar
memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.
Metode padvinder diambil
sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah. Hal ini
sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan
Muhammadiyah, yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat
dengan masa depan Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan
penyebaran gagasan-gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.
Gagasan Kiai A. Dahlan
tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh beberapa
orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder
Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49,
lihat juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun
ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun
1919.
Aktivitas-aktivitas
kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai. Syarbini, seorang bekas
anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan
berolahraga setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan.
Kian hari kian bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga
banyak para pemuda Kauman yang ikut berlatih. Yang sangat menarik perhatian
masyarakat ialah adanya barisan Padvinder Muhammadiyah yang tegap, disiplin,
dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi masyarakat saat itu.
Semboyan Hizbut Wathan pada
waktu itu ialah setia kepada util amri; sungguh berhajat akan menjadi orang
utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya;
bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan;
tangkas, pemberani, tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata
kebenaran; ringan menolong dan rajin akan
kewajiban;
menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-madiyah, 1924: 50).
Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat diketahui semangat, cita-cita
dan karakter yangakan itanamkan pada setiap anggota pandu Hizbut
Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, dan selalu
diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga meresap dalam kesadaran
setiap anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya akan membentuk karakter
dan kepribadian setiap anggota pandu Hizbut Wathan.
Pada perkembangan selanjutnya, Hizbul
Wathan banyak mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat umum dan kepanduan
lain. Di Solo, Hizbut Wathan mendapat tanggapan hangat dari Javaannsche
Padvinder Organisatie. H izbut Wathan juga banyak terlibat dalam berbagai
aktivitas di masyarakat umum, sehingga Hizbut Wathan akhirnya cepat dikenal di
tengah masyarakat.
Dalam berbagai moment, seperti
penghormatan atas pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll yang pindah dari
Keraton ke Amburukmo, Hizbut Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi
tersebut. Dalam setiap kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah,
Hizbut Wathan selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan,
menyemarakkan dengan barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di setiap
hari besar Islam dan hari besar nasional, Hizbut Wathan selalu tampil dalam
barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-tengah barisan
organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbut Wathan tampil
dalam berbagai upacara jumenengan Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di
situ Hizbut Wathan tampil dengan barisan tambur dan terompetnya yang dipimpin
langsung oleh KHA.Dahlan.
Hizbut Wathan juga sering tampil senciri
dengan acara dan kegiatan yang menarik dan menjadi perhatian masyarakat. Pada
giliranya banyak warga masyarakat, khususnya anak-anak dan generasi mudanya
tertarik untuk menjadi anggota Hizbul Wathan. Tidak sedikit dengan golongan
yang dulu tidak senang dengan Muhammadiyah tertari kepada Hizbut Wathan-nya,
bahkan dari kalangan kaum'abangan' pun tidak sedikit yang memasukan
anak-anaknya kedalam pandu Hizbut Wathan.Pesatnya kemajuan Hizbut Wathan
rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu perkumpulan padvinder Hindia
Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri Belanda (NPV). Pada
saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda (Indonesia) yang dapat pengakuan
internasional adalah yang bergabung dalam NIPV tersebut yang merupakan
perwakilan NPV. Pimpinan NIPV datang ke Yogyakarta untuk mengajak Hizbut Wathan
bergabung ke dalam organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris NIPVReneff) tiada
hentinya untuk mengajak Hizbut Wathan menjadi anggota NIPV, sehingga ketika
Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, mereka mengambil inisiatif mengikuti
Hizbut Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal sampai akhir. Pertemuan
dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk mengajak Hizbut Wathan
masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul Wathan tetap ingin mempertahankan
kedaulatannya, tidak mau menerima tawaran dari Reneff (wakil NIPV)
tersebut, arena Hizbul Wathan mempunyai prinsip-prinsip tersendiri.
Kepanduan HW dalam perjalanan
sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda muhammadiyah yang
berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak muda
yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan banyak
mendapatkan manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan. Tidak sedikit
pemuda- pemuda anggota pandu Hizbut Wathan menjadi orang yang percaya diri dan
memiliki keperibadian yang baik (memiliki akhlak utama, luhur budi pekertinya,
beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi warga masyarakat yang
berguna.
Kepanduan Hizbut Wathan melahirkan
orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh Muhammadiyah, tetapi juga
menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak TNI),
Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam
Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto (mantan
Presiden RI II), Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko
Polkam), Hari Sabarno (Wakil Ketua MPR), dan lain-lain.
Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal
tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu menjadi pelopor dalam setiap
perintisan berdirinya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum Muhammadiyah
berdiri di suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena
itu, dari HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya
diri, dan disiplin, serta mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbut Wathan
diakui sebagai wadah untuk mendidik generasi muda menjadi generasi muda yang
disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa perwira sebagaimana
ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbut Wathan metalui perjanjian
Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul Wathan.
Perjalanan Hizbut Wathan terpotong oleh
rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960 bahwa seluruh
organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian, perjalanan
sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali
muncul setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan
kembali gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di
Bandung pada tahun 2000 akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbut
Wathan dilahirkan kembali sebagai organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.
PRINSIP DASAR ORGANISASI
Kepanduan Hizbul Wathan adalah
organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang
pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah
amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridlai Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi
Agama Islam lewat jalur pendidikan kepanduan.
Pencapaian
maksud dan tujuan HW dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.Melalui
jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun putri
menurut ajaran Islam.
2.Mendidik
angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia,
berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.
3.Mendidik
angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat beragama,
berorganisasi, cerdas dan trampil.
4.Mendidik
generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan
berlomba dalam kebajikan.
5.
Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta
memperluas ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.
6.Membentuk
karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan
pelangsung amal usaha Muhammadiyah.
7.
Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah
sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
8.Melaksanakan
kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.